25 Jan 2011

Saya Rindu Tradisi Itu

     Saya rindu kenangan dulu, saat masih kecil. di kampung yang asri, di tambah antara satu tetangga dengan tetangga yang lain, merasa sebagai saudara. saat itu, dengan wajah polos saya menikmati masa-masa yang indah. hal yang saya rindukan adalah shalat magribh berjamaah dilanjutkan dengan mengaji bareng dengan teman-teman lain yang sebaya.  berhubung nenek saya guru ngaji. teman-teman, waktu itu sering datang ke rumah, setelah shalat magribh di Mushola. dengan rasa tulus dan  bahagia, nenek mengajar mereka 'ngaji'. saat nenek mengajar anak yang lain. saya dengan teman-teman suka becanda, saling senggol senggol badan. namun, nenek tak pernah marah ketika melihat kami, yang selalu saja becanda. entah kenapa, saat menceritakan kenangan ini ada perasaan sedih dan rindu. karena tradisi ngaji setelah shalat Magribh, hampir jarang saya temui lagi. di kampung-kampung saja sudah jarang, apa lagi di kota. mengapa tradisi ini hilang? saya mencoba bertanya pada kedalaman hati  yang merindu. 

      Pernah suatu waktu. saya berkunjung kembali ke kampung tempat saya menikmati masa kecil dulu. saat itu berkunjung ke rumah saudara yang masih tinggal dikampung itu. semuanya telah berubah, kegiatan mengaji tidak seramai dulu. kini hanya beberapa orang saja yang meneruskan tradisi 'mulia' itu (mangaji). sangat miris, melihat perubahan pada generasi anak-anak sekarang. saat ditanya tentang permainan game online, seperti Point blank mereka mampu menjawab dengan lancar. lalu, ketika saya bertanya pada mereka, surat-surat pendek dalam juz 'amma. rata-rata mereka geleng-geleng, menandakan tidak tahu. saya tanya kenapa alasan mereka tidak tahu (*tidak hafal) jawabannya jarang ngaji. dan jawaban yang lebih ekstrim lagi, karena orang tuanya tidak menyuruh mengaji. mungkin karena sibuk, atau lupa mengingatkan anaknya. entahlah, hanya orang tua mereka yang mampu menyadarinya.
     Ya Allah, saya rindu dengan tradisi yang indah itu. tradisi dimana,  saya merasa dekat dengan-Mu. saat itu memang saya masih kecil, dan belum mampu memaknai setiap bacaaan yang di ucapkan. namun saat itulah saya sedang belajar mengenal-Mu. apa mungkin sekarang banyak tayangan sinetron/tayangan menarik lainnya, yang diputar saat maghrib. seakan tayangan itu mampu menyihir mata, hingga lupa pada-Mu. dan tradisi 'mengaji setelah shalat magribh' hilang tanpa jejak? saya teringat ucapan guru seorang ustadz saat ceramah "Sesungguhnya Allah tdk mencabut ilmu dgn dicabut dari hati-hati manusia akan tetapi Allah mencabut dengan meninggalnya para ulama"
     

Saya Rindu Tradisi Itu.......

3 komentar:

  1. nenek kita sama kang... sama-sama guru ngaji... :D
    rindu beliau juga jadinya... :(

    di kampung saya (mungkin sama dengan yang lain), ritual habis ngaji, santri diwajibkan ngisi gentong penampungan air guru ngaji kami... mungkin sebagai tanda bakti kali yah?

    BalasHapus
  2. aku juga merasakan ini, rindu masa masa itu, tapi di tempat aku, kalau sore masih bisa liat anak anak kecil pulang dari TPA pake seragam orange.....

    BalasHapus
  3. @ Kang Zulham : pas nulis tentang ini, saya lagi ingat nenek kang.... dan juga melihat keadaan sekarang berbeda seperti tahun-tahun yang lalu, tepatnya tahun 80-an dan 90-an

    @ Kang M. Ridwan : TPA dengan tradisi yang saya ceritakan beda kang.. kalo dulu setelah magribh kita jalan bersama menuju tempat pengajian. sambil bawa juz'amma. berhubung dikampung saya dulu penerangan belum merata. jadi pas ngaji cuma pake lampu tradisional... sungguh, kenangan ini sangat berkesan dan masih teringat jelas.

    BalasHapus

Setiap komentar yang disampaikan. adalah bentuk apresiasi yang sangat berarti bagi saya dari penikmat serba-serbi cerita di blog ini. salam blogger dan salam persahablogan