8 Mar 2011

Titik Terendah

     "Sesungguhnya Karun adalah termasuk kaum Musa , maka ia berlaku aniaya terhadap mereka, dan Kami telah menganugerahkan kepadanya perbendaharaan harta yang kunci-kuncinya sungguh berat dipikul oleh sejumlah orang yang kuat-kuat. (Ingatlah) ketika kaumnya berkata kepadanya: "Janganlah kamu terlalu bangga; sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang terlalu membanggakan diri" (QS. Al Qashash : 76)  saat membaca ayat ini, saya mencoba diam sesaat.  merenungi sebuah makna yang terkandung di dalamnya.  pikiran saya berjalan-jalan, kembali pada masa yang telah saya lewati sebelumnya. mengembara, pada kenangan masa lalu.  saat masih jadi anak kecil yang polos seperti kertas putih. mencoba mengenal dunia, tanpa berpikir bahwa dunia itu lahan untuk ibadah. karena dalam pandangan anak kecil, dunia itu indah dan penuh warna. saat itu, adalah proses perjalanan melewati fase demi fase. dari mulai jadi bayi, anak kecil, remaja, hingga kini masuk ke fase 'orang dewasa'. masih ingat, dengan jelas dulu. ketika untuk pertama kalinya saya menginjakkan kaki di sekolah dasar. lalu setelah itu  melanjutkan pendidikan ke tingkat smp, sma, dan kuliah.  dan setelah kuliah, kehidupan baru sebagai 'orang dewasa' di mulai.  dulu, biasanya dikasih uang oleh orang tua. atau meminta uang pada orang tua. kini, harus bisa mencari uang sendiri. katakanlah hidup mandiri, menjalani hidup ini. dengan bermodalkan 'transkrip nilai' saat kuliah dulu,  saya


kirimkan lamaran kemana-mana. dan akhirnya bisa juga merasakan kerja di kantoran. tapi itu juga tidak lama, karena tidak betah dengan atmosfer kerjanya. saat itu saya merasa bangga. karena sudah menyelesaikan kuliah, dan bisa merasakan dunia kerja. hingga terbesit kata-kata dihati "nggak sia-sia juga perjuangan gue selama ini." padahal, semua itu sebenarnya anugerah dari Tuhan yang harus di syukuri.  tanpa di sadari, saat itu  saya telah jadi orang yang lupa (berbangga diri)
     Secara jujur,  pastinya kita merasa bangga. karena punya pekerjaan yang mapan, kerja di tempat  yang kondusif dan gaji yang mencukupi. lalu, merasa semua yang kita raih adalah hasil kerja keras sendiri.  lalu, saat kita bertemu dengan teman semasa SMA atau kuliah dulu, dan kebetulan belum beruntung mendapatkan pekerjaan. ada kalanya kita kurang empati, malah  membusungkan dada pada dia.  seolah berkata "lihat gue dong, sekarang gue udah sukses." pernah saya menemui kawan lama yang sudah mapan. kini, dia punya motor, handphone yang harganya mahal pun dia punya. gaya bicaranya tak seperti dulu, sekarang sudah beda. hal itu menunjukkan  kesan, kalau dia orang yang mapan dari segi finansial.  adalah hal  yang wajar, saat dia membanggakan sesuatu yang dimilikinya pada orang lain.  karena itu bagian dari aktualisasi diri. jengah juga mendengar cerita 'pepesan kosong' orang tersebut. karena saya tidak bisa dapat (ilmu)  apa-apa. mungkin yang di dapat adalah ilmu tersirat tentang sabar. saat dia cerita ngalor-ngidur membanggakan apa yang telah dia miliki. posisi saya waktu itu masih nganggur alias jobless. saat teman saya berbicara panjang lebar, cerita tentang keberhasilannya.  saya menunggu sebuah moment. saya menunggu dia bicara "elo udah kerja belum, kalo belum mungkin gue bisa memberikan kesempatan elo untuk kerja." tapi apa yang saya harapkan tak kunjung datang. saya sempat heran mengapa teman saya itu, kini berubah? mungkin dia merasa bahwa, kemapanan yang telah diaraihnya saat ini.  merupakan hasil kerja kerasanya, perjuangannya, peluh keringatnya sendiri. padahal itu semua terjadi karena campur tangan 'Tuhan' tanpa izin-Nya tidak mungkin dia bisa seperti sekarang ini.
     Kembali pada pembahasan di awal tentang ayat yang menunjukkan kalau Allah tidak suka pada orang  yang membanggakan diri. rasa bangga diri sangat erat kaitannya ke arah sombong, dan tanpa memperhatikan esensi utama. bahwa apa  yang kita miliki adalah bukan milik kita, tetapi milik DIA. kita hanyalah media yang di titipkan  amanat oleh Allah. apakah setelah kita di titipkan amanat (kemapanan fianansial) akan bersyukur, atau malah lupa (bangga diri/sombong). semoga saja kita tidak menjadi bagian dari orang-orang yang lupa. karena segala sesuatunya terjadi atas kehendak-Nya. Dia, bisa sewaktu-waktu mengambil segala apa yang kita miliki. pada ayat lain, Allah mengingatkan kita kembali untuk tidak bersikap bangga diri (sombong)  "(Kami jelaskan yang demikian itu) supaya kamu jangan berduka cita terhadap apa yang luput dari kamu, dan supaya kamu jangan terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong lagi membanggakan diri" (QS. Al Hadid : 23). tetaplah rendah hati, dan berada pada titik terendah di hadapan-Nya.

Salam Persahablogan

    

1 komentar:

  1. ya mas zico benar kita gak boleh bangga diri yang ujung-ujungnya malah sombong & riya....... Salam persahablogan

    BalasHapus

Setiap komentar yang disampaikan. adalah bentuk apresiasi yang sangat berarti bagi saya dari penikmat serba-serbi cerita di blog ini. salam blogger dan salam persahablogan